Kamis, 09 Agustus 2012

Perlukah lebaran Kita beli Baju Baru?

Pergi ke pusat perekonomian menjejang lebaran wuihhh poll. eitth tetep puasa :) . Ada apa gerangan? Yah Hari Ramadhan hampir habis dan Idul fitri (lebaran) hampir tiba. Rasanya perlu kita simak tulisan berikut dari seorang blogger wanita berikut ini:
Bukannya mau ngikutin slogan sebuah iklan biskuit (Biskuit R**A, sudah tradisi…), cuma pengen sedikit berkomentar tentang tradisi menjelang lebaran di Indonesia. Maklum, aku juga seperti kebanyakan masyarakat Indonesia (terutama mahasiswa), yang cuma bisa berkomentar tanpa bisa berkontribusi dalam solusi.
Bisa dikatakan, di negara kita tercinta ini (loe cinta ga?), Idul Fitri alias Lebaran adalah hari raya paling sakral. Hari raya mana lagi coba, yang sangat mempengaruhi segala aspek kehidupan dan kenegaraan, selain Lebaran?
Mulai dari tradisi mudik. Yang akan terjadi pula tradisi penangkapan calo, tradisi penambahan sarana transportasi, tradisi kecelakaan, tradisi macet parah, plus tradisi promosi bagi dealer kendaraan sampai provider telepon seluler.
Tradisi harga naik. Mulai dari harga tiket kendaraan, tradisi sembako naik, harga daging naik, semua naik dah! Kecuali rasa malu kali, yang turun.
Tradisi THR. Setahuku, perusahaan-perusahaan memberikan THR pada hari Idul Fitri sama Natal aja (tetep, yang paling heboh pas lebaran). Kan rugi juga kalau setiap hari raya ada THR. Indonesia terlalu banyak hari raya mungkin yah? Nah, tradisi ini juga yang nanti akan merembet ke tradisi beli baju baru, sepatu baru, celana baru, tradisi diskon besar-besaran (yang sebenernya konsumen ditipu mentah-mentah), mall penuh dibanding masjid, banyak banget dah!
Tradisi kejahatan. Ini ga perlu dipungkiri lagi… Banyak banget penjahat yang beraksi. Mulai dari copet (gue banget korbannya), sampai rumah kerampokan pas lagi shalat tarawih. Buat apa sih? beliin anak istri baju lebaran? huh! Mungkin pikir mereka setelah nyuri bisa tobat karena masih bulan Ramadhan.
Semua tradisi itu, atau jika dibandingkan tradisi-tradisi lain yang ternyata masih baik (tradisi pembagian zakat, i’tikaf, dll), sepertinya tradisi yang merugikan-dan-merepotkan-diri-sendiri masih lebih banyak.
Jika sudah begini, masihkah Ramadhan dan Idul Fitri bermakna bagimu? Bagi Negrimu?
Written by admin· Filed Under Opini , Tags:, ,  

0 komentar: