MTs
Makara – Seluruh umat
muslim di seluruh dunia selalu menyambut dengan penuh suka cita datangnya hari
raya Idhul Adha. Selain bertepatan dengan pelaksanaan ibadah haji, momentum
Idhul Adha akan mengingatkan kita akan perjuangan Nabi Ibrahim AS dalam
menjaga ketaatannya kepada Allah SWT.
Peristiwa
ini memberikan kesan yang mendalam bagi kita. Betapa tidak. Nabi Ibrahim yang
telah menunggu kehadiran buah hati selama bertahun-tahun ternyata diuji Tuhan
untuk menyembelih putranya sendiri. Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara
melaksanakan perintah Tuhan atau mempertahankan buah hati dengan konsekuensi
tidak mengindahkan perintahNya. Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun
karena didasari ketakwaan yang kuat, perintah Tuhanpun dilaksanakan. Dan pada
akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi disembelih dengan digantikan seekor domba.
Legenda mengharukan ini diabadikan dalam al Quran surat al Shaffat ayat
102-109.
Kisah
tersebut merupakan potret puncak kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya. Nabi
Ibrahim mencintai Allah melebihi segalanya, termasuk darah dagingnya sendiri.
Kecintaan Nabi Ibrahim terhadap putra kesayangannya tidak menghalangi ketaatan
kepada Tuhan. Model ketakwaan Nabi Ibrahim ini patut untuk kita teladani.
Mts
Ma’arif Karangan yang merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam di
Trenggalek berupaya untuk mengajak siswa madrasah untuk memaknai
datangnya Idhul Adha, diantaranya dengan belajar menyembelih hewan kurban. Di
hari Idul Adha, bagi umat Islam yang mampu dianjurkan untuk menyembelih
binatang kurban. Pada dasarnya, penyembelihan binatang kurban ini mengandung
dua nilai yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Kesalehan ritual berarti
dengan berkurban, kita telah melaksanakan perintah Tuhan yang bersifat
transedental. Kurban dikatakan sebagai kesalehan sosial karena selain sebagai
ritual keagamaan, kurban juga mempunyai dimensi kemanusiaan.
Bentuk
solidaritas kemanusiaan ini termanifestasikan secara jelas dalam pembagian
daging kurban. Perintah berkurban bagi yang mampu ini menunjukkan bahwa Islam
adalah agama yang respek terhadap fakir-miskin dan kaum dhu’afa lainnya. Dengan
disyari’atkannya kurban, kaum muslimin dilatih untuk mempertebal rasa
kemanusiaan, mengasah kepekaan terhadap masalah-masalah sosial,
mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap sesama.
Meski
waktu pelaksanaan penyembelihan kurban dibatasi (10-13 Dzulhijjah), namun
jangan dipahami bahwa Islam membatasi solidaritas kemanusiaan. Kita harus mampu
menangkap makna esensial dari pesan yang disampaikan teks, bukan memahami teks
secara literal. Oleh karenanya, semangat untuk terus ’berkurban’ senantiasa
kita langgengkan pasca Idul Adha.
Saat
ini kerap kita jumpai, banyak kaum muslimin yang hanya berlomba meningkatkan
kualitas kesalehan ritual tanpa diimbangi dengan kesalehan sosial. Banyak umat
Islam yang hanya rajin shalat, puasa bahkan mampu ibadah haji berkali-kali,
namun tidak peduli dengan masyarakat sekitarnya. Sebuah fenomena yang
menyedihkan. Mari kita jadikan Idul Adha sebagai momentum untuk meningkatkan
dua kesalehan sekaligus yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Selamat
berhari raya !
(sumber : www.pesantrenvirtual.com)