Rabu, 27 Maret 2013

Alumni SMANESA 2004 peduli MTs Ma'arif Karangan

MTs Makara - Kepedulian terhadap dunia pendidikan ditunjukkan para alumni SMAN 1 Trenggalek (SMANESA) 2004. Mereka menyisihkan sebagian rezekinya dengan memberikan bantuan ke MTs Ma'arif Karangan. 

Sebelumnya koordinator alumni, sudah survey ke sekolah. Dan, alhamdulilah dana yang terkumpul sebanyak Rp 2.200.000,- bisa direalisasikan dalam bentuk papan tulis white board, alat olah raga, dan subsidi biaya Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada lima belas siswa-siswi madrasah yang kurang mampu dari kelas VII dan VIII.

Bapak Drs. H. Sukarodin, M.Ag selaku kepala madrasah mengaku sangat berterima kasih atas kepedulian keluarga besar alumni SMANESA 2004.

"Saya pribadi, sangat berterima kasih kepada seluruh alumni SMANESA 2004, semoga bisa memberi manfaat bagi siswa-siswi serta madrasah.Amin", ucap beliau.

Beliau juga sangat berharap tali silaturrahim para alumni tetap terjalin, dan bisa saling membantu antar alumni, atau bahkan membantu pihak lain yang membutuhkan, seperti yang dilakukan di madrasah ini. Sebenarnya madrasah sendiri sudah sering memberikan bantuan-bantuan kepada siswa madrasah. Misalnya ada beberapa siswa yang benar-benar seratus persen bebas biaya sekolah, dan bahkan ditambah biaya transport untuk naik kendaraan umum. Tapi karena keterbatasan dana yang dimilki, dana tersebut tidak bisa mengcover semuanya. Dan program yang sudah dilakukan alumni SMANESA 2004 ini, dirasa sangat membantu madrasah.
(Untuk team Power Ranger A'an, JP, Aples, Mandra, Terima kasih,, "Semoga kalian bisa menjadi inspirasi siswa-siswi madrasah untuk semangat belajar dan meraih cita-cita setinggi mungkin...") 

Kamis, 21 Maret 2013

Impian Menciptakan Sekolah Ramah Anak (SRA)


Guru Idolaku....
Guru panutanku.....
Sekolah tempat berekreasi dan bereksplorasi
Sekolah tempat mengasah intelektual.........

MTs Makara – Guru menampar muridnya karena telah melakukan kesalahan, seorang anak terpaksa berhenti sekolah menjadi bahan olok-olok temannya. Permasalahan ini masih saja sering terjadi di sekolah, yang dimana sejatinya adalah tempat untuk mendidik dan menimba ilmu. Maukah anak-anak kita akan menjadi korban  berikutnya?

Penggagasan diciptakannya Sekolah Ramah Anak (SRA) di kabupaten Trenggalek didasari karena masih ditemukannya perlakuan kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah. Gagasan ini telah disampaikan dalam acara yang digelar di pendopo kabupaten, Senin/ 18 Maret di hadiri para undangan yang terdiri dari Kepala Dinas Pendidikan Kusprigianto, Utusan Kemenag, Kepala BPPKB, Kepala UDP dan Kepala SMP/ MTs, SMA/ SMK se-kabupaten Trenggalek.

Bupati Trenggalek, Ir. Mulyadi WR MMT beserta wakil bupati yang hadir dalam acara tersebut dalam sambutannya mengatakan pemerintah daerah sangat mendukung program ini, dengan  kesiapan menggelontorkan dana untuk  program Sekolah Ramah Anak (SRA), yang diambilkan dari dana APBD.

Winny Isnaini, ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur selaku pembicara mengatakan, masih banyak sekolah yang tidak melibatkan siswa dalam hal membuat kebijakan sekolah. Ujung-ujungnya anak tidak memiliki rasa tanggung jawab melaksanakan kebijakan dan cenderung melakukan tindakan yang keliru.

“ Kekerasan pada anak secara terus menerus dapat mengakibatkan stress dan kecemasan berlebihan yang akan berdampak pada kerusakan otak anak.”, lanjut Dia.

Penelitian yang dilakukan UNICEF di Indonesia tahun 2006 di Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara mengungkapkan bahwa hampir 80 persen guru pernah memebrikan sanksi berupa hukuman termasuk secara verbal. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan kekerasan pada anak dilakukan oleh orang-orang disekitar anak-anak termasuk orang tua, guru dan teman-temannya. Tahun 2009 di Jatim juga ditemukan fakta kekerasan terhadap anak terjadi di sekolah. Tahun 2012 fakta tersebut tidak berubah bahkan jenisnya mengikuti trend jaman.

Agar tercipta Sekolah Ramah Anak (SRA) diperlukan kerjasama seluruh komponen yang berkaitan, agar permasalahan-permasalahan yang di alami anak sekolah bisa diselesaikan dengan optimal.